Rusia Klaim Kuasai Seluruh Wilayah Luhansk, Provinsi Pertama Ukraina yang Jatuh Sejak Invasi

 Otoritas Rusia mengeklaim telah menguasi seluruh wilayah Oblast (daerah setingkat provinsi) Luhansk di Ukraina. Luhansk pun menjadi provinsi pertama yang sepenuhnya direbut Rusia sejak memulai invasi pada 2022 lalu.

Klaim tersebut disampaikan oleh pemimpin wilayah Luhansk yang ditunjuk Rusia, Leonid Pasechnik. Associated Press melaporkan, dalam wawancara bersama kanal televisi Channel One Rusia, Senin (30/6/2025), Pasechnik mengklaim pasukan Rusia telah menguasai "100 persen" Luhansk.

Pemerintah Ukraina sendiri belum mengeluarkan pernyataan terkait klaim Rusia tersebut. Klaim ini disampaikan di tengah macetnya perundingan gencatan senjata yang dimulai Amerika Serikat (AS).

Luhansk adalah salah satu dari empat provinsi yang dianeksasi Rusia pada September 2022 lalu. Namun, saat aneksasi, militer Rusia diketahui belum sepenuhnya menguasai empat wilayah tersebut. 

Sebelum invasi, Rusia pun telah menganeksasi Provinsi Krimea di Ukraina pada 2014. Aneksasi dilakukan di tengah perang separatis yang menandai kemunculan kelompok pemberontak pro-Rusia yang terlibat invasi pada 2022.

Di lain sisi, militer Rusia dilaporkan kembali mengirim gelombang serangan udara ke Ukraina pada awal pekan ini. Angkatan Udara Ukraina melaporkan Rusia meluncurkan 107 unit drone kamikaze Shahed pada Senin (30/6).

Sementara itu, di Kharkiv, timur laut Ukraina, Rusia juga meluncurkan serangan udara. Gubernur Kharkiv Oleh Syniehubov menyebut serangan Rusia menewaskan dua warga sipil, termasuk seorang anak.

Lembaga wadah pemikir asal AS, Institute for the Study of War melaporkan gelombang serangan udara Rusia diluncurkan untuk menekan Ukraina agar menyerah. Menurut analisis lembaga tersebut, Rusia meningkatkan intensitas serangan karena peningkatan produksi industri pertahanan, khususnya drone dan rudal balistik.

"Rusia menggunakan banyak drone dalam serangan malam hari untuk membuat sistem pertahanan udara Ukraina kewalahan dan akhirnya tidak bisa mengantisipasi serangan lanjutan dengan rudal balistik dan rudal jelajah," demikian pernyataan Institute for the Study of War.